Dream - Penyebaran informasi bohong atau hoax di media sosial saat ini masif terjadi. CEO Selasar.com Miftah Sabri mengutip hasil penelitian di Amerika Serikat, mengatakan warga dengan pendidikan tinggi memiliki kemungkinan menyebar hoaks terbanyak.
"Saya enggak tahu kalau di sini (Indonesia), kalau penelitian di Amerika penyebar hoax paling banyak adalah orang berpendidikan tinggi," ucap Miftah, di Universitas Indonesia (UI), Salemba, Jakarta, Senin, 23 April 2018.
Miftah menuturkan untuk meredam informasi hoax, Indonesia perlu memiliki portal pengecekan cepat yang berfungsi memeriksa kebenaran informasi yang diutarakan baik pejabat negara maupun masyarakat.
"Kan ada juga pejabat yang mengeluarkan statement misalkan angka kemiskinan jumlahnya sekian, padahal angka nyatanya enggak segitu. Nah di fact check portal ini nantinya akan ngecek bener enggak nih," kata dia.
Miftah menyebut, sebetulnya penyebaran hoaks secara tak langsung didukung algoritma dari media sosial. Sebab, algoritma yang dikembangkan media sosial, kerap mengidentifikasi kebiasaan pengguna dalam menggunakan media sosial. Cara inilah yang dapat mengumpulkan pengguna dalam kesamaan aktivitas.
"Algoritma oleh platform besar ini disusun untuk mengumpulkan orang yang memiliki kesamaan aktivitas," ujar Miftah.
Sementara itu, Dosen Ilmu Komunikasi UI, Pinckey Triputra menuturkan sebaran informasi hoaks sudah lama terjadi. Hanya saja, sebaran itu meningkat semakin cepat karena masyarakat sudah saling terhubung satu sama lain menggunakan media sosial.
"Hoaks ini enggak akan hilang," ujar Pinckey.
(Sah)
0 Response to "Riset: Orang Berpendidikan Paling Banyak Sebar Hoaks"
Posting Komentar